SOFIFI, AM.com–Terhitung 20 hari lagi, pembukaan Pendaftaran Calon Gubernur Provinsi Maluku Utara Periode 2018-2023, sudah dapat dipastikan, Pemilihan Gubernur 2018 mendatang akan diisi oleh wajah baru. Menariknya, perhelatan pesta demokrasi ini akan diisi oleh bakal calon kakak-beradik Abdul Ghani Kasuba (AGK) dan Muhammad Kasuba (MK) dipastikan akan berhadapan dengan Burhan Abdurrahman dan Rudy Erawan, merupakan pendatang baru di pentas politik Maluku Utara.
Melihat arah politik Maluku Utara saat ini, magister ilmu komunikasi Politik Universitas Merchu Buana Arman Panigfat menilai, bahwa selama ini sejarah politik Maluku Utara, partai tidak bisa dijadikan indikator dalam kemenangan. Namun, Partai sekedar jembatan mendaftar sebagai perserta calon gubernur dan wakil gubernur di Komisi Pemilihan Umum (KPU), akan tapi kemenangan ditentukan dengan ketokohan bakal calon (Balon) dan penggiringan opini serta financial yang cukup.
“Fakta Politik representasi pemilih tersebar, Haji BUR berpotensi mengambil alih Kota Ternate sebab pendekatannya Wali Kota. Haji Bur dapat dengan mudah memainkan peran pada tingkat penyelenggara dan lainnya. Selain itu, pemilih tradisonal yakni Enthik Tidore sudah pasti memihak kepadanya, buktinya keterlibatan ethnik Tidore pada Pilwako Ternate dan Malut pada umumnya masih mengandalkan politik tersebut,”ungkapnya.
Menurut Dia, Burhan Abdurrahman memiliki tantangan yang cukup berat, jika head to head dengan MK. Namun, Kata Dia, Burhan memiliki tim kerja yang tangguh dalam merebut basis di kabupaten/kota. Kekuatan tim ini yang ditakuti oleh kandidat lainnya termasuk AGK dan MK. Sebab selama ini, belum terlihat gerakan-gerakan politik signifikan oleh Haji Bur ke Kabupaten/Kota.
“Secara politik baru kelihatan gerakan politik Haji Bur ke kabupaten/Kota hanya membangun rumah warga miskin, namun hal ini bisa dijadikan contoh kuat mempengaruhi konstituen dan bahan ancaman bagi kandidat lain,”tukasnya.
Disebutkan, AGK dan MK merupakan figure kakak-beradik, hanya memiliki konsentrasi basis di Halmahera Selatan, Namun itu bukan satu-satunya penentuan kemenangan. Sebab Suku Togale paling terbesar di Maluku Utara. Secara politik pemilih tersebar di 9 Kabupaten/Kota Kota berarti petanya secara umum. “Selama ini pemilih terbesar pertama Halsel, kedua Ternate, setelah itu Halut dan disusul kabupaten lainnya, maka analisanya adalah kemampuan Balon melakukan pencitraan dirinya karena masing-masing memiliki pengaruh,”kata alumni Unkhair ini.
Selain Haji Bur, wajah baru yang memiliki kans politik pada Pilgub 2018 mendatang, yakni bupati Halmahera Timur Rudy Erawan. Arman menegaskan, Rudy cukup berpengaruh di Haltim, bahkan jika berpasangan dengan Hein Namotemo menjadi nilai plus untuk merebut kursi Gubernur Maluku Utara. “Yang menarik apabila AGK, AHM, MK, Haji Bur dan Rudy pada bertarung, maka tinggal kemampuan tim memainkan isu untuk dapat merebut kantong-kantorng massa karena suara akan terbagi habis dan kekuatan yang dipakai adalah mengandalkan Bupati, perwakilan partai artinya apabila Golkar paling banyak pejabat bupati maka konsentrasi suara akan direbut pada jalur itu,”ujarnya.
Lebih jauh Ia menyebutkan, sejarah politik Maluku Utara, partai tidak bisa dijadikan idikator dalam merebut kemenangan. Partai sekedar jembatan tapi kemenangan di tentukan dengan ketokohan Balon dan isu yang digiring dan kecukupan financial Kandidat.
“Apabila AHM tidak mencalonkan diri maka Pejabat Daerah dari Golkar leluasa menentukan sikap permainnya. Bahkan bebas melancong secara politik pada kandidat tertentu, sebab imagenya pejabatnya dari Golkar pasti mendukung kandidat dari Golkar. Namun dilihat secara sikologi belum tentu keberpihakannya seperti di prediksi banyak orang,”ungkapnya.
Disentil terkait dengan wajah lama yang masih berkeinginan mencalonkan diri pada tahun 2018 mendatang. Arman menegaskan, Pilgub 2018 mendatang mestinya menjadi panggung tokoh-tokoh politik muda Maluku Utara. “Melihat dinamika politik akhir-akhir ini, ini saya menginginkan hadirnya tokoh-tokoh baru dalam bursa politik Maluku Utara tidak lagi terjadi dominasi oleh tokoh lama. Sehingga proses politiknya berjalan dinamis. Belum lagi kepemimpinan AGK yang belakangan banyak bermunculan masalah, begitu juga AHM yang kerap dilekatkan dengan keterlibatannya dalam kasus-kasus Korupsi,”imbuhnya sembari menuturkan, politisi senior harus pensiun dini, sehingga politik Maluku Utara berjalan ideal. “Semacam ada hiden agenda politik bahwa ketidak mampuan memegang kekuasan tetapi tetap di Paksakan,”pungikasnya. (tim)