LABUHA, AM.com–Entah apa yang disembunyikan oleh panitia event Widi International Fishing Tounament (WIFT) yang dilaksanakan pemerintah Provinsi Maluku Utara (Malut) melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia (Kemenko Maritim RI). Pasalnya, Pewartwa Gosale puncak yang sebelumnya melakukan peliputan kegiatan sejak Rabu (25/10) lalu, tiba-tiba diusir dari kapal Bahari Expres.
Mirisnya, pengusuran ini diduga lantaran panitia takut, pelantaran peserta mancing diatas kapal Bahari Expres diketahui oleh media dan akan dipublikasi. Sontak, pengusiran ini menjadi pil pahit bagi wartawan yang harus mencari tumpangan dari Pulau Widi menuju Babang, pada Minggu (29/10/2017). Bahkan, perjalanan awak media yang diajak untuk meliput kegiatan WIFT tersebut, nyaris tenggelam karena speedboat yang ditumpangi hampir karam di perairan Saketa-Babang, dan terpaksa turun di Tabapoma kecamatan Bacan Timur kebupaten Halmahera Selatan sekira jam 5 sore kemarin untuk melanjutkan perjalanan ke Babang.
Berdasarkan laporan reporter www.aspirasimalut.com, menyebutkan, pengusiran wartawan ini bermula ketika salah satu anggota Polair Polda Malut diduga diperintah oleh panitia untuk menyuruh wartawan turun dari atas kapal. “Disini ada wartawan,? silahkan turun dulu, soalnya banyak peserta yang belum dapat tempat duduk”ungkap anggota Polair Polda Malut itu.
Sementara itu, Dival salah satu waratawan media online, www.kantorbrita.id mengatakan, pengusiran sejumlah wartarwan dari kapal bahari expres merupakan tindakan pelecehan terhadap profesi wartawan yang turut ambil andil dalam mensukseskan kegiatan WIFT.
Peristiwa pengusiran wartawan kata dia, lantaran panitia event WIFT, khawatir wartawan mengetahui kondisi peserta mancing yang terlantar di dalam kapal. “Ini cara panitia mencegat wartawan agar tidak mengetahui peserta yang terlantar di kapal, karena sebagaian besar peserta mancaing memptotes pelayanan panitia yang buruk kepada peserta mancing,”ungkapnya.
Terpisah, ketua Kowar Malut Alfajri A. Rahman mengemukakan, pengusiran terhadap wartawan yang dilakukan panitia WIFT itu, merupakan tindakan yang tidak patut dicontohi dan itu merupakan pelecehan besar terharadap provesi wartawan. “Kenapa sudah di kapal baru diturunkan, dan caranya juga sudah salah karena menyebutkan nama wartawan,”kesalnya.
Aji sapaan akrapnya juga menambahkan, aktivitas peliputan wartawan Kowar itu karena ada tugas khusus yang dipanggil oleh Gubernur saat melakukan rapat finishing di Royal Resto Kalumpang pada saat persiapan WIFT berlangsung. “Kenapa harus lepas tanggungjawab, wartawan berangkat untuk mengekspos kegiatan yang dilakukan Pemprov, mereka juga pasti takut wartawan mengekspos aktivitas di kapal karena banyak peserta yang terlantas dan mengeluh kepada panitia,”tegasnya.
Aji juga menegaskan, atas nama ketua Kowar Malut, dirinya meminta kepada Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba untuk memanggil Kadis DKP, Buyung Radjiloen untuk bertanggung jawab atas pengusiran para pewarta dari kapal. “Sebagai Gubernur, beliau harus tanggung jawab, karena kami wartawan bukan pembawa petaka,” tegasnya lagi.
Sementara itu, Bendahara IWO kota Ternate Hijrah Ibrahim mngisahkan, sebelumnya wartawan menuju pulau Widi menumpang kapal TNI Angkatan Laut (AL) dan kembali menumpang kapal Bahari Exspres. “Tapi saat naik kapal, wartawan tinggal di dek 3 paling belakang, entah kenapa asalah satu anggota Polair datang tanya media mana, turun dulu soalnya peserta ada yang belum dapat tempat duduk, terpaksa wartawan turun ke jembatan,”kisahnya.
Meski dipanggil untuk naik lagi ke Kapal, lanjut Ibenk sapaan akran Hijrah Ibrahim wartawan sudah tidak mau naik kembali lantaran sudah dipermalukan oleh panitia dihadaoan orang banyak. “Kapala dinas perikanan suruh naik speed DKP, tapi awak media sudah tidak mau, terpaksa ada warga perahu menuju ke Game Luar, habis itu tong (kami) naik ojek menuju Game Dalam, tong bermalam 1 malam di game dalam, tadi pagi (kemarin-red) tong naik speed leguler ke Babang,”terangnya.
“Tapi belum sampai di Babang kami dihantam ombak sampai harus berlabuh di pelabuhan Tabapoma, karena cuaca kurang baik, kami sudah tidak mau lanjut naik speed ke Babang lagi, tong memilih naik mobil Babang,”sambungnya mengisahkan.
Pasca diusir dari kapal Bahari Ekspres, 8 Wartawan Online dan Tv masing-masing, RRI.co.id, TVRI, MNC, Antara TV, Liputan 6, Kantor Berita, BrindoNews, Sindo Raya bertolak dari kepulauan Widi menuju Gane Luar dan melanjutkan perjalanan ke Gane Dalam dan kembali ke Bacan dengan berbagai tantangan yang di hadapi, salah satunya kendala jaringan sehingga tidak bisa mengirim berita. (echa’L)