TERNATE, AM.com – Akibat Utang perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Chasan Boesoirie Ternate (RSUD CB) sebesar Rp 43 Miliar mengakibatkan pasien yang melakukan perawatan kesulitan Obat.
Perbekalan farmasi adalah merupakan sediaan farmasi yang terdiri dari, obat, bahan obat, alat kesehatan, bahan kimia atau media, dan gas medis.
Menanggapi sulitnya ketersediana obat bagi Pasien, Direktur RSUD CB Alwia Assagaf saat ditemui, Rabu (24/05/2023) menuturkan, akibat tidak ada obat pasien BPJS membeli obat di luar itu terjadi karena persediaan obat minim skali. Ini lantaran, adanya pemutusan pelayanan resep oleh Kimia Farma maka rumah sakit harus menyediakan obat perbekalan farmasi.
“Sekarang kita lagi proses kita sudah alokasikan anggaran walaupun anggaran kita minim. Tapi kita berupaya untuk nanti membeli perbekalan farmasi,”katanya.
Alwia mengatakan, yang menjadi masalah para vendor ini mengunci RSUD tidak bisa membeli obat dan perbekalan farmasi.
Menurutnya, vendor mengunci karena utang terhitung Tahun 2022 ke belakang bahkan ada utang sejak tahun 2017.
Ia menyebutkan total utang perbekalan farmasi sebesar Rp 43 Miliar.
Alwia mengaku, saat ini dirinya mencari vendor baru yang bisa menjual perbakalan farmasi ke RSUD tetapi ada yang mau tetapi hanya sedikit-sedikit.
“Mungkin mereka sudah mendengar citra bahwa rumah sakit punya utang banyak kita tidak mampu bayar sehingga mereka mau kalaupun beli harus bayar saat ini juga, nah itu kita sementara lalui,”terangnya.
Bahkan Kata Alwia, adapula yang kita sudah menghubungi vendor untuk membeli tetapi prosesnya makan waktu paling lambat dua minggu paling capat barulah perbakalan farmasi itu ada.
Ia mengaku, saat tengah melobi vendor lain agar mereka mau menjual agar Rumah Sakit dapat mebeli perbekalan farmasi.
Oleh Sebab itu, dengan obat yang kondisi sangat minim ini otomatis ada pasien-pasien yang obatnya tidak terlayani.
“Itulah maka ada pasien yang membawa resep kita verifikasi dulu di apotik obat mana yang ada, mana yang tidak ada mereka membeli di luar otomatis pihak Rumah Sakit harus ganti,”bebernya.
Meski begitu, ada masyarakat atau keluarga pasien yang tidak kembali untuk dibayar ganti uang pembelian obat di luar itu, Pihak Rumah sakit sudah punya data kwitansi tetapi mereka tidak kembali untuk mengambil.
“Saya menghimbau kepada masyarakat yang mohon maaf kita menyusahkan masyarakat mereka harus bayar dulu dengan uang sendiri kemudian harus kembali lagi mengambil uang pembayaran. Kami mohon agar mereka bisa kembali untuk mengambil uang pembayaran ganti rugi,”imbuh Alwia sembari berharap keluarga pasien dapat kembali lagi.