TIDORE, AM.com – Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin, bersama istri Hj. Wury Ma’ruf Amin menghadiri Seminar Melacak Jalur Peradaban Rempah Dunia. (Enrique Maluku) dengan tema “Pengeliling Dunia Pertama dari Tidore” bertempat di aula Nuku Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, Kamis (11/5/23).
Seminar Nasional juga dihadiri Gubernur Maluku Utara Bersama Ketua TP PKK Hj. Faoniah Jaohar Kasuba, Sekjen Kemendes PDTT, Pangkoarmada III, Danlantamal XIV, Danguspurla Koarmada III, KS Guskamla Koarmada III, Pangdam XVI/PTM, Pangkoopsau III, Forkopimda Malut, Walikota Tidore,Forkopimda Kota Tidore.
Jauh sebelum Indonesia muncul sebagai sebuah nama bangsa dan negara wilayah yang dikenal sebagai nusantara dengan berbagi anugrah sumber daya alam yang melimpah yakni kekayaan rempah telah menarik para pedangang dari berbagai penjuru bahkan sebelum bangsa eropa menginjak kaki di nusantara. demikian yang di katakan Wapres dalam awal sambutannya.
Literatur kuno mencatat bahwa peran rempah nusantara telah membentuk peradaban dunia sejak ribuan tahun yang lampau. Peneliti menemukan segenggam cengkeh pada wadah keramik yang terbakar di gurun pasir Suriah di tepi sungai Efrat pada era raja Yadi pada tahun 1721 SM. Padahal cengkeh adalah tanaman asli yang tumbuh di kepulauan Maluku. Hal tersbut membuktikan adanya aktifitas perdadangan yang bermula dari nusantara.
Dalam perkembangannya jalur perdagangan rempah semakin ramai hingga disebut sebagai jalur rempah, melalui jalur rempah juga agama-agama seperti Hindu, Budha, dan Kristen masuk ke nusantara dan tak terkecuali Islam yang dibawah oleh para pedagang Arab dan India. Para sejarahwan menduga islam yang pertama kali masuk melalui wilayah baru di Sumatera kemudian mencapai ke daerah yang disebut Moloku Kie Raha yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Kerajaan-kerajaan di empat wilayah ini pun kemudian menerima islam dan menjadi kesultanan islam yang menguasai jalur perdagangan rempah di nusantara dengan komoditas utama berupa cengkeh.
Bumi Moloku Kie Raha kemudian mencatatkan andil besar dalam penyebaran dan pengembangan peradaban islam di nusantara pada abad ke 12 hingga abad ke 19. Peradaban islam semakin pesat berkembang pada era kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan, periode ini sekaligus mengantarkan Moluku Kie Raha kepada puncak kejayaan kekuasaanya sekaligus kegemilangan jalur rempah nusantara.
Kesuksesan masa silam ini, Kata Wapres, hendaknya bukan semata hikayat untuk anak dan cucu negeri ini, melainkan juga menjadi semangat untuk menghidupkan kembali kejayaan bumi Moloku Kie Raha, sejarah peradaban rempah nusantara menunjukan bahwa usaha manusia untuk berlayar mengelilingi bumi guna berburuh rempah telah berlangsung sebelum Portugis dan Spanyol melakukannya, bahkan bisa jadi pengeliling dunia pertama adalah penduduk nusantara dengan tujuan berdagang renpah-rempah. Hal ini menjadi penting untuk dikaji oleh para ahli sejarah.
Kajian kekayaan sejarah dan budaya bangsa Indonesia tentunya akan mempertebal kebanggaan akan jati diri bangsa dalam ikatan keIndonesiaan. Lebih jauh sejarah juga mencatat tokoh bernama Enreque yaitu sosok yang mendampingi Ferdinan Magelang dalam misi ekspedisi mengelilingi dunia. Ferdinan Magelang sendiri tidak berhasil melaksanakan misinya kerena terbunuh dalam pertempuran dengan penduduk asli di Filipina,”ungkap Wapres
Enrique yang diduga kuat berasal dari Maluku kemudian melanjutkan perjalanan tersebut hingga tiba di Tidore dan dianggap telah berhasil mengelilingi dunia.
“Saya mengapresiasi penelitian untuk menggali informasi tokoh Enrique ini, penelitian ini akan meluasakan khazanah sejarah bangsa Indonesia dan untuk membuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang berkemajuan sejak dahulu kala,”Kata Wapres.
Dipembukaan seminar nasional tesebut, Mantan Ketua MUI Pusat itu juga menyampaikan beberapa gagasan yakni:
- 1. Rempah tidak hanya sekedar komoditas unggulan ekonomi global namun tetapi rempah adalah bangunan sejarah peradaban yang prural, jalur rempah menjadi gerbang pertukaran antara budaya dan ilmu pengetahuan yang mewadahi berbagai konsep, gagasan dan praktek yang melahirkan peradaban, oleh karena itu agenda revitalisasi rempah di Maluku Utara adalah sebuah keniscayaan yang harus menjadi prioritas pemerintah daerah serta para pemangku kepentingan. Diperlukan intervensi yang terpadu dan integrasi dari hulu ke hilir untuk melihat rempah sebagai komoditas ekspor yang memiliki nilai tambah.
- 2. Tokoh sejarah Enrique Maluku merupakan simbol jati diri dari rakyat Maluku yang terbuka, berpikir global, memiliki fisik yang tangguh dan wawasan nafigasi pelayaran yang unggul oleh karena itu perlu di dorong pusat-pusat penelitan di Maluku Utara dan Indonesia, serta mengembangkan program pendidikan dan pelatihan ekonomi biru dalam rangka mewujudkan visi poros maritim dunia.
- 3. Kepada semua pihak untuk berkolaborasi memperjuangkan agenda jalur rempah sebagai warisan budaya UNESCO pada tahun 2024, Maluku Utara adalah titik NOL jalur rempah dunia.
Pada kesempatan ini, Wapres Ma’ruf Amin juga mengucpakan Terima kasih kepada para toko Nasional dan masyarakat Maluku Utara yang telah melaksankan seminar nasinoal yang penting ini.
“Seminar ini bukan hanya sekadar membedah buku seputar sejarah nusantara, namun lebih jauh bahwa Maluku Utara dan Nusantara memiliki peran strategis dalam lintasan sejarah peradaban dunia dimasa lalu,”ungkap Ma’ruf Amin
Maluku Utara akan tumbuh menjadi pusat grafitasi ekonomi global dan kawasan indo pasifik dimasa yang akan datang, dan semoga seminar ini menghasilkan saran dan masukan yang komprehensip kepada pemerintah guna memperkuat jalur rempah nusantara sebagai jalan peradaban,”kata Wapres Ma’ruf Amin