TERNATE, AM.com – Maluku Utara adalah daerah yang kaya Sumber Daya Alam (SDA) saat ini Kementerian Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal(BKPM)Republik Indonesia mencatat salah satu potensi nikel kobalt terbesar kedua terbesar kedua di Indonesia adalah di Maluku Utara.
Pasalnya , saat ini Pabrik nikel sulfat PT Halmahera Persada Lygen (HPL), anak usaha PT Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel memasuki tahap uji coba produksi akhir (final commissioning). Pabrik tersebut digadang-gadang menjadi yang pertama di Indonesia dan terbesar di dunia.
Diketahui Nikel sulfat (NiSO4) adalah bahan prekursor untuk katoda baterai lithium atau baterai kendaraan listrik.
Direktur Hilirisasi Mineral dan BatubaraKementerian Investasi/BKPM RI Hasyim Daeng Barang menuturkan, Maluku Utara adalah satu potensi nikel kobalt terbesar kedua yang nomor satunya Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara terbesar kedua Se Indonesia dan nomor 3 di Sulawesi Tengah.
“Sehingga kami melalukan kunjungan dan hilirisasi yang akan berkembang di Maluku Utara”,Katanya.
Tentunya, Menurut mantan Pj. Wali Kota Ternate mengaku, perlu mendengar informasi terbaru dari Pemerintah daerah baik dari pelaku usaha, asosiasi, akademisi agar kendala – kendala yang menjadi masalah di lapangan dalam mendorong industri itu bisa sukses.
Meski begitu, salah satu tantangan sejak dirinya masih menjabat kepala Dinas ESDM Malut, yang mana dengan potensi nikel kobalt terbesar kedua di Maluku Utara tetapi kemiskinan yang juga semakin meningkat.
“Itu kita harus kajih lagi apa faktor, fariabel sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi tidak sebanding lurus dengan penurunan kemiskinan,”ungkapnya.
Untuk itu, kata Hasym, menjadi tantangan Pemerintah Daerah bagimana melihat apa indikator sehingga itu tidak bisa sejalan seharusnya peningkatan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan penurunan kemiskinan logika sederhana seperti itu tetapi perlu di identifikasi perlu dilihat lagi apa yang menjadi masalah kendala sehingga itu tidak berbanding lurus.
“Kami menyerap aspirasi semua baik kalangan akademisi, asosiasi memberikan informasi tetapi jangan hanya sebatas abstrak tetapi kami butuh data karena sekarang harus berdasarkan data. kalau menyatakan keterlibatan UMKM minim apa datanya, tingkat kemiskinan rendah dari sisi mana apa indikator dan aspeknya harus jelas itulah yang kita butuhkan sehingga melahirkan satu rekomendasi buat kita menjadi rekomendasi dan itu yang akan didorong untuk menyelesaikan masalah dengan satu kebijakan sehingga nantinya industri hirilisasi terus berkembang dan berdampak ekonomi buat masyarakat,”pungkasnya.