Penulis : Asghar Saleh
Delapan tahun lalu, saat wasit Cuneyt Cakir meniup peluit akhir, laga Belanda vs Argentina tetap berkesudahan tanpa gol.
Di bench, Louis Van Gaal seperti tertekan. Ia tak menyangka, “De Oranje” akan ditahan Tango. Beberapa menit sebelum babak tambahan usai, Van Gaal menarik keluar Robin van Persie dan memasukkan Klaas Jan Huntelaar. Jatah pergantian pemain Belanda telah habis. Akibatnya, Ia tak lagi bisa memasukkan Tim Krull untuk menganti posisi kiper.
Di pertandingan sebelumnya saat adu pinalti melawan Kosta Rika, Van Gaal secara mengejutkan menarik Jasper Cillessen dan memasukkan Krull. Khusus untuk adu pinalti. Keputusan brilyant ini terbukti sukses. Krull menahan dua tembakan Kosta Rika. Belanda melaju. Di Arena Corinthians, pilihan taktikal seperti lawan Kosta Rika gagal dilakukan. Yang terjadi kemudian dalam adu pinalti, tembakan Ron Vlaar dan Wesley Sneijder ditahan Sergio Romero. Belanda gagal ke final ke empat kalinya setelah tendangan Messi, Garay, Aquero dan Maxi Rodriquez gagal ditangkap Cillessen.
Dinihari nanti, di stadion Lusail – kedua negara kembali bertemu di babak delapan besar Qatar 2022. Ini pertemuan ketiga antara Argentina dan Belanda di tiga edisi Piala Dunia terakhir. Tahun 2006 di Jerman, kedua tim bermain imbang 0 – 0 di fase grup. Delapan tahun kemudian di Brazil 2014, dalam babak semifinal, keduanya juga bermain imbang tanpa gol. Messi dkk menang dalam adu pinalti. Karena itu, partai ini terbilang sulit untuk diprediksi. Banyak pundit menilai laga ini berpotensi adu pinalti. Benarkah?. Mari kita lihat statistik dan pilihan taktikal kedua pelatih.
Argentina melangkah dengan statistik satu kali kalah dan tiga kali menang. Messi dkk mampu bikin tujuh gol dan kebobolan tiga gol. Skuad asuhan Lionel Scaloni ini sempat kalah secara mengejutkan dari Arab Saudi. Kekalahan yang bikin Argentina berbenah. Dalam empat laga sebelumnya, Argentina selalu konsisten dengan bermain dengan empat bek sejajar. Saya meyakini Scaloni akan memainkan duet Otamendi dan Romero di jantung pertahanan. Molina dan Acuna jadi bek kiri dan kanan. Kuartet ini menjaga gawang Emiliano Martinez. Di tengah, Mac Allister akan mendampingi Rodrigo de Paul dan Enzo Fernandez. Untuk lini ofensif, Messi akan didampingi Julian Alvarez dan Papu Gomez. Jika Di Maria telah bugar maka sangat mungkin pemain senior ini akan bermain sejak sepak mula.
Marcos Acuna semula tak masuk starting eleven, begitu juga Alexis Mac Allister dan Julian Alvarez. Tetapi penampilan ketiganya terbilang konsisten saat dimainkan. Alvarez – gelandang serang yang belum banyak dapat menit bermain di Manchester City bahkan mampu menggeser peran Lautaro Martinez. Scaloni memang masih punya banyak opsi tetapi tak ada uji coba pemain karena lawan mereka adalah Belanda. Skema 4-3-3 adalah pilihan taktikal yang rasional. Sejauh ini Messi dkk sangat nyaman bermain jika tidak ditekan dengan “high pressing”. Mereka bebas menari dan bikin gol. Messi dan Alvarez punya kemampuan melewati satu dua pemain. Duet ini juga sudah bikin lima gol. Jika keduanya dibiarkan bebas, maka van Dijk dkk sangat rawan kebobolan.
Di sisi defensive, Otamendi tak tergantikan. Tetapi duetnya bersama Romero atau Martinez tak sepenuhnya aman. Pertahanan Argentina terbilang rawan jika ada serangan balik cepat. Ada satu pemain kunci yang menurut saya amat dominan menjaga ritme permainan Argentina. Dia kunci perubahan transisi permainan Tango dari negatif ke positif. Sosok itu adalah Rodrigo de Paul. Sayangnya update terkini dari Qatar menyebut gelandang Atletico Madrid ini bermasalah dengan kebugaran. Kondisi mencemaskan de Paul bocor saat konpresnis pers dan membuat Scaloni berang. Jika De Paul absen, lini tengah Argentina jelas kehilangan metronom utama. Paredes bisa jadi opsi tetapi tak selevel de Paul. Ketiadaan de Paul yang karakter bermainnya mirip Diego Simione atau Javier Mascherano ini akan membuat permainan Argentina jadi tidak seimbang.
Di sisi lawan, Belanda selama fase grup hingga babak 16 Besar sukses bikin delapan gol dan kebobolan dua kali. Van Gaal konsisten bermain dengan tiga bek. Sergio Van Dijk sangat mungkin kembali diapit Nathan Ake dan Jurien Timber. Di posisi bek sayap, Daley Blind dan Denzel Dumfries tak tergantikan. Di tengah, Frangky de Jong dan Marten de Roon bertugas mematikan kreatifitas Tango. Trisula penyerangan akan dpercayakan pada Davy Klassen yang akan bermain lebih ke bawah untuk mendukung duet Cody Gakpo dan Memphis Depay. Di partai awal, Van Gaal menaruh Gakpo di belakang penyerang utama. Depay juga masih cadangan. Tetapi kini keduanya tak tergantikan.
Gakpo – anak muda yang sepertinya akan jadi rebutan tim-tim raksasa Eropa ini didorong lebih ke depan. Ia sudah bikin tiga gol – sama seperti Messi. Sedangkan Klassen dan Depay masing masing bikin satu gol. Artinya, ketiga penyerang Belanda ini sangat produktif dengan lima gol. Karena itu, Argentina kudu waspada. Pemain kunci Belanda selain kapten van Dijk yang tak pernah diganti selama Qatar adalah gelandang Atalanta, Marten de Roon. Tipikalnya mirip de Paul di kubu Argentina. Pekerja keras dengan “reading the game” yang mumpuni. Transisi permainan Belanda tergantung mobilitas de Roon yang bakal didukung de Jong. Skema 3-4-3 jadi senjata van Gaal.
Dengan statistik yang nyaris seimbang plus kualitas pemain yang merata, hasil akhir laga Belanda vs Argentina sebagian besar ditentukan oleh pilihan taktikal kedua pelatih. Scaloni sudah membuktikan dirinya – meski kita tahu keputusan Messi dalam memilih pemain sangat dominan – dengan permainan Argentina yang agresif dan produktif. Ada sejumlah anak muda yang berkembang di tim ini. Sedangkan van Gaal tak perlu diperdebatkan. Ia salah satu pelatih jenius Belanda setelah era Rinus Michel. Saya perkirakan Belanda akan bermain degan “low blok”. Bertahan dengan zona marking yang ketat. Argentina wajib waspada karena transisi bertahan dan menyerang Belanda lumayan cepat. Belanda pasti akan memanfaatkan ruang kosong yang ditinggal Messi jika serangan Argentina mentok. Kita tahu Messi jenius dalam menyerang tetapi tidak dominan saat bertahan.
Menurut saya, sangat mungkin hasil imbang terulang dan berlanjut ke adu pinalti. Artinya hasil akhir sedikit banyak bergantung pada kualitas kedua penjaga gawang. Emiliano Martinez adalah pilihan utama di Liga Inggris. Andries Noppert juga bukan penjaga gawang biasa. Noppert secara terbuka telah menabur “psywar” jika Messi juga manusia. “La Pulga” terbukti gagal pinalti saat melawan Polandia. Siapa yang menang. Peluangnya 50 – 50. Adu pinalti tak merepresentase kekuatan sebuah tim. Van Gaal tak akan berjudi lagi dengan mengganti Noppert. Satu yang pasti, ini Piala Dunia terakhir seorang Lionel Messi. Pesepakbola hebat yang pernah dimiliki bumi. Sedangkan Qatar 2022 bagi Belanda adalah palagan untuk menuntaskan ambisi mengangkat Piala Dunia untuk pertama kalinya setelah tiga kali gagal di partai final.
Saya tak menulis pertandingan antara Brazil dan Kroasia karena peluang Brazil untuk melaju ke babak semifinal Qatar 2022 sangat terbuka lebar. Kolektifitas dan tarian Samba dari Vini Jr dkk agak sulit dibendung oleh Kroasia. Pertahanan skuad asuhan Tite terbilang baik meski sempat kalah dari Kamerun dalam pertandingan yang tak lagi menentukan di fase grup. Sedangkan lini serang Brazil bisa dibilang mengerikan. Kualitas sebelsa pertama dan pemain cadangan nyaris sama. Sementara itu, Luca Modric dkk menurut saya telah melewati era emas mereka empat tahun lalu di Russia 2018. Prestasi masuk final rasanya sulit terulang di Qatar tahun ini. Karena itu, Brazil akan menunggu pemenang Argentina atau Belanda.