Reporter; Mulud Rasai
MOROTAI,AM.com – Sosok dirigen yang berdiri di atas kursi kayu di hadapan Presiden Republik Indonesia (RI) saat meresmikan sekolah SMP Morotai yang saat ini dikenal dengan SMP I Unggulan. Dia adalah Adelheid. M Salawati Piether. Salah satu saksi sejarah saat kedatangan presiden RI Soekarno di Morotai pada tahun 1957.
Adelheid lahir di Morotai tanggal 22 Juni 1942 dan menjadi orang yang paling bersyukur lantaran dirinya terpilih untuk memberikan kalung bunga langsung kepada orang nomor satu di Republik Indonesia.
Selain mengalungkan bunga. Adelheid juga menjadi satu satunya Putri Morotai yang dipilih menjadi Dirigen pada acara peresmian SMP Morotai.
Adelheid yang saat ini sudah berusia 79 tahun itu ketika diwawancarai aspirasimalut.com mengaku, dirinya merasa bersyukur lantaran terpilih menjadi siswa yang mengalungkan bunga dan menjadi dirigen.
“Iya, tapi diseleksi waktu itu oleh kepala sekolah SMP namanya Bapak Martin Matulesi. Jadi ada Tiga orang yang ikut seleksi, jadi dites cara nyanyi, palu (dirigen), semua Tiga orang dites dan saya yang dipilih untuk pengresmian gedung SMP Morotai, Jadi saat pengalungan bunga itu saya sampaikan memberikan kata selamat datang ke pak duka yang mulia bapak presiden Soekarno beserta rombongan atas nama seluruh rakyat Morotai,” ungkap Adelheid kepada media ini, Senin (20/09).
Tidak hanya itu, Adelheid juga menceritakan sejarah kedatangan Soekarno ke Morotai. Dimana, pada pagi hari tanggal 3 September 1957 presiden Soekarno menggunakan kapal AURI 4 tiba dan satu kapal perang di pelabuhan Daruba dan disambut oleh pemerintah setempat, masyarakat serta TNI Polri.
“Presiden Soekarno dari pelabuhan jalan menuju Lapangan Daruba, karena rakyat dan barisan anak-anak sekolah dari Leo-Leo, Posi-Posi dan belakang Morotai semua kumpul di Lapangan Daruba, di lapangan ada upacara dan penaikan bendera juga dengan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ibu Guru Noya.. selesai baru ke sekolah resmikan SMP, Beliau gunting pita,” kenang Mami Adel sapaan akrabnya.
Mami Adil menceritakan, masyarakat tidak hanya ada di Selatan melainkan juga dari desa desa yang paling jauh. Setelah diberi pengalungan bunga, Presiden beserta rombongan berjalan kaki menuju lapangan Daruba, selanjutnya langsung ke sekolah SMP untuk peresmian sekolah ditandai dengan pemotongan pita langsung oleh presiden Soekarno.
“Pakai kapal laut, memang ada kapal perang terus ada kapal AURI 4 ada sama-sama, mungkin pak presiden naik kapal perang barangkali ya. Setibanya di pelabuhan dikalungin bunga ke pak presiden sekalian berikan kata sambutan ke presiden, Setelah itu, pak presiden jalan kaki dari pelabuhan ke lapangan bola Daruba, dari lapangan bola ke SMP, waktu di pelabuhan itu banyak rakyat yang menonton, tapi yang ikut baris hanya anak sekolah dan pejabat-pejabat kantoran,” kisahnya.
Selain ceritanya soal kedatangan presiden ke Morotai, dirinya juga menceritakan soal dokumentasi foto yang saat ini beredar di mana Presiden Soekarno duduk di kursi dan dirinya berada di atas kursi menjadi dirigen itu sudah masuk ke lagu kedua, sementara lagu pertama adalah Indonesia Raya.

“Iya itu lagu kedua (Presiden Duduk di Kursi), lagu Berkibarlah Benderah ku, lagu pertama itu lagu Indonesia raya. Waktu Indonesia raya itu beliau berdiri dengan sikap sempurna, terus sudah lagu kedua Berkibarlah Benderah ku itu beliau duduk. Tidak, hanya dua lagu itu saja,” ceritanya kembali mengenang.
“Iya sudah ada pak camat. Jadi abis dari sekolah itu beliau keliling ngeliat-lihat sekolah setelah itu beliau pergi pakai mobil ke rumah pak camat untuk makan di sana. Rumah pak camat iya yang di daerah Gotalamo, jalan yang dari rumah guru itu kesana arah ke Gotalamo itu di situ. Itu sudah pengresmian, pak presiden datangnya pagi, sore sudaha pulang. Iya setelah itu pak presiden langsung berangkat,” tambahnya
Ditanya apa yang disampaikan oleh presiden saat acara pengresmian gedung SMP Morotai, Dirinya mengaku, presiden menitip pesan agar generasi muda harus memiliki cita cita serta selalu menghargai orang tua.
“Ya beliau (presiden) menyampaikan supaya murid semua harus semangat meraih cita-cita, gantungkan cita-cita mu setinggi langit kalau kamu mau akan jadi orang yang berhasil, harus hormat kepada Guru dan Orang Tua,” tuturnya.
Disamping itu, Dirinya berharap, bisa kembali lagi ke Morotai, lantaran dirinya keluar Morotai tahun 1962 dan pernah ke Morotai tahun 1982. namun, ke Morotai harus didampingi oleh keluarganya. (lud)