Reporter: Maulud Rasai
MOROTAI,AM.com – Falo Laor (Wao), begitu masyarakat Kabupaten Pulau Morotai menyebut aktivitas menjaring cacing laut (Polychaeta, Annelida) yang sudah menjadi tradisi warga Morotai secara turun temurun.
Saat falo wao warga akan berbondong-bondong ke Tanjung Gurango untuk menjaring beraneka warna cacing laut dengan ukuran mulai dari 2 cm hingga 30 cm dilakukan pada pukul 05.30 pagi untuk dikonsumsi.
Menurut Sarman Rahase Sibua, laor ini hanya muncul 1 tahun dua kali pada bulan April dan Mei. Sementara di bulan-bulan lain cacing laut ini susah ditemukan.
“Ini Sudah menjadi tradisi turun temurun, setiap datangnya bulan April dan Mei atau pada bulan Mei dan Juni, warga sudah bersiap-siap untuk berburu mencari Laor pada malam hari. Saat musim Laor tiba, warga setempat ramai berbondong-bondong mendatangi lokasi pantai yang dikenal sebagai tempat bersarangnya cacing laut ini,”jelas Sarman, ketika ditemui dilokasi falo laor tanjung Gorango, Minggu (02/05).
“Jadi kalau bulan April itu hitungannya hari ke 4-5 pasca bulan purnama. Kalau di bulan Mei itu hari ke 5-6 pasca purnama. Itu menurut tong pe orang-orang tua dulu dong pe hitungan dan itu memang betul bahwa pada hari-hari sesuai dengan hitungn itu laor keluar,” jelasnya.
Amatan Media ini, ditengah kegelapan malam, nyala senter dan api unggun dan jenis alat penerang lainnya tampak menyinari pesisir pantai yang di jadikan tempat bafalo laor.
Tidak hanya Sarman, hal senada juga disampaikan oleh Arsad Malase, Menurut Arsad, menangkap laor ini cukup gampang karena hanya dengan beberapa peralatan para pencari laor sudah bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
“Cara tangkap Laor ini cukup gampang. Laor ini bersembunyi di balik batu karang atau bebatuan lain di laut. Jadi pada saat waktunya untuk menangkap maka disitulah ratusan Laor ini pun akan mengerumini di sekitar kita. Saat muncul itulah, para pemburu Laor ini menangkap Laor dengan menggunakan jarring-jaring kecil atau penyaring lainnya,” katanya.
Walaupun begitu, dirinya mengakui bahwa pendapatan nelayan (pemburu laor) ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena pada tahun ini pendapatan pemburu laor tidak terlalu banyak.
“Kali ini tidak terlalu banyak, beda dengan tahun lalu, kalau tahun lalu kita bisa dapat satu karung beras ukuran 25 kg perorang, tapi kali ini kita tidak bisa mencapai diangka itu,” akunya. (∆)