spot_imgspot_img

Mengapa ELANG dan Bukan ALIEN

Oleh:

            HASYIM ABDULKARIM             (Ketua Tim ELANG)

Partai politik sebagai infrastruktur politik sekaligus sebagai pilar utama dari demokrasi, hadir dalam suatu negara pada hakikatnya berfungsi untuk membentuk kekuasaan eksekutif dan legislatif melalui rotasi politik dalam bentuk putaran proses PILEG dan PILPRES dan PILKADA. Untuk dapat melakukan fungsi membentuk kekuasaan tersebut, setiap partai politik berikhtiar secara sungguh-sungguh melakukan penguatan kelembagaan berupa pembentukan kepengurusan, rekrutmen anggota, dan usaha perkaderan secara terus-menerus untuk menjaga dan menjamin kelangsungan eksistensi partai.

Fungsi pembentukan kekuasaan tersebut di atas hanya dapat dilakukan jika partai dapat memenangkan setiap momentum politik, baik pada momentum PILEG maupun PILPRES dengan hasil yang maksimal, keluar sebagai pemenang pertama atau pada level tingkatan besar dan minimal memenuhi pearlemet threshould. Oleh karena untuk mencapai hasil maksimal, maka menjadi niscaya partai politik selalu melakukan ikhtiar dengan kerja-kerja politik berupa konsolidasi organisasi secara terus-menerus, melakukan revitalisasi keorganisasian dengan rekrutmen personil kepengeurusan yang salah satunya melalui musyawarah sebagai instansi pengambilan keputusan tertinggi di setiap tingkatan, dari pusat sampai dengan tingkat desa.

Dengan perspektif ini, DPP Partai GOLKAR memandang perlu suksesi kepemimpinan di partai GOLKAR umumnya termasuk Partai GOLKAR di Provinsi Maluku Utara, harus berjalan sesuai harapan dengan menelorkan nakhoda baru yang dapat membawa bahtera partai GOLKAR sampai kepada pulau tujuan.
Oleh karena itu, DPP serius “mendorong” sosok pemimpin yang memiliki kapasitas yang berkualitas dari berbagai dimensi prinsip manajemen organisatoris.

Menjelang penyelenggaraan MUSDA Partai GOLKAR Maluku Utara yang seyogyanya dilaksanakan pada tanggal 4 – 5 Maret kemudian ditunda oleh DPP sampai dengan tanggal 9 – 10 Maret 2020, telah muncul dua nama yang akan bertarung yaitu; Ibu Alien Mus (petahana) dan Bapak Edi Langkara yang biasa disapa Pak Elang.

Dari dua nama ini, DPP telah melakukan kajian mendalam siapa yang paling tepat dan layak memimpin DPD GOLKAR Provinsi Maluku Utara. Ternyata, Pak Elang menjadi pilihan tepat oleh karena selain beliau adalah kader inti partai dan memiliki pengalaman paripurna di internal partai juga banyak dan pernah memimpin organisasi di luar partai GOLKAR, terutama sekarang ini masyarakat Kabupaten Halmahera Tengah memberi kepercayaan penuh kepada Elang sebagai bupati. Di samping penilaian di atas DPP telah mengetahui benar bahwa, Elang memiliki daya magnetut bagi masyarakat Maluku Utara terutama para kader partai GOLKAR.

Terbukti banyaknya kader terbaik, terdidik dan terlatih partai GOLKAR yang akan kembali ke rumah besar mereka yaitu partai GOLKAR jika dipimpin oleh Elang. Hal ini seiring dengan obsesi Elang untuk memanggil dan membawa pulang para kader GOLKAR kembali ke rumah besar mereka jika beliau menjadi ketua DPD, baik yang keluar dari partai GOLKAR atas kemauan mereka sendiri karena merasa tidak nyaman, maupun yang dikeluarkan oleh rezim kepemimpinan otoriter saat memimpin GOLKAR.

Lantas bagaimana dengan sosok Ibu Alien Mus? Bukankah dia sudah memimpin GOLKAR MALUT? Karena sedang memimpin itulah, maka rekornya telah terukur sampai sejauh mana keberhasilannya dalam memimpin. Elit DPP sesungguhnya kehilangan simpati kepadanya karena berdasarkan hasil evaluasi kinerjanya ternyata banyak yang mengecewakan, diantaranya adalah pertama; rekrutmen personil kepengurusan DPD GOLKAR provinsi yang tidak memperhatikan keterwakilan DAPIL. Terbukti saat pecalegan tahun 2019 adanya CALEG yang direkrut di luar struktur kepengurusan dan bukan dari kader partai.

Kedua; kebijakan yang diambil seperti mempelaksanatugaskan 4 DPD Kabupaten/Kota tidak sesuai dengan sistem dan mekanisme kepartaian yang ada. Hal ini terbukti dengan dikembalikannya status 3 DPD yang di-Plt-kan.

Ketiga; pada suksesi PILPRES, Alien ditengarai tidak mendukung pasangan yang diusung partai GOLKAR, bahkan perolehan suaranya sebagai CALEG DPR-RI di DAPIL tertentu jumlahnya berbanding lurus dengan salah satu pasangan calon presiden yang tidak diusung partai GOLKAR.

Keempat; Hasil PILEG 2019, GOLKAR kehilangan 5 ketua DPRD dan jumlah suara untuk DPR-RI yang selama ini berada pada peringkat atas turun ke peringakat dua setelah PDIP.

Kelima ; proses penjaringan terhadap bakal calon kepala daerah yang tidak sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh DPP Partai GOLKAR. Perilaku sekretaris DPD GOLKAR MALUT yang mencalonkan diri sebagai wakil wali kota Ternate juga bertindak sebagai anggota tim penguji dan penilai terhadap para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, calon walikota dan wakil walikota. Arifin mempresentasikan visi misssinya sebagai calon dan setelah itu turun dari podium dan berganti baju sebagai penguji. Sangat mengecewakan.

Perilaku ini menunjukkan bahwa Alien sebagai ketua DPD dan Arifin Jafar tidak paham fatsun konstitusi partai, fatsun sosiologis, fatsun etika dan tata krama. Perilaku keduanya telah mencoreng marwah dan martabat partai yang sudah dianggap besar dan mapan. Selain itu pada proses fit and proper test bagi calon kepala daerah ada kewajiban yang dibebankan kepada mereka yang sesungguhnya pembebanan kewajiban itu bertentangan dengan garis kebijkan partai.

Beberapa hal tersebut di atas itulah sebgai raport merah bagi Alien sehingga dia kehilangan simpati dari DPP. Selanjutnya, Alien tidak punya cukup kapasitas, kualitas dan kemampuan untuk memimpin DPD GOLKAR MALUT ke depan menjadi lebih baik.

spot_imgspot_img
spot_imgspot_img
spot_imgspot_img
spot_imgspot_img
spot_imgspot_img

ASPIRASI NEWS

ADVERTORIAL

ASPIRASI SOFIFI

ASPIRASI TERNATE

ADVERTORIAL