Reporter : Rusdianto Umagapi
SANANA, AM.com-Kondisi akses jalan pengubung, kota Sanana dengan desa pesisir kecamatan Sulabesi Barat, cukup memprihatinkan. Buruknya kondisi badan jalan yang menghubung kota Sanana dengan 5 desa ini, sudah tercatat menalan 4 orang korban jiwa dan 20 orang mengalami cacat fisik.
Meski sudah memakan korban di sekitar ruas jalan gunung Lida Mantua. Masyarakat desa Wai Ina, desa Kabau, desa Ona, desa Partina dan desa Nahi tetap saja menggunakan jalan ini. Sebab, satu-satunya akses jalan untuk menjual hasil pertanian masyarakat dan membeli kebutuhan hidup hanya melalui ruas jalan Wai Ina-Nahi, meskipun dalam kecemasan.
Mirisnya kondisi ruas jalan ini, membuat Himpunana Pelajar Mahasiswa Sulabesi Barat (HIPMA-Sulbar) turun kejalan, dan menggelar unjuk rasa di depan kantor bupati kabupaten Kepulauan Sula, Senin (15/7/2019). Namun, aksi puluhan mahasiswa ini berakhir ricuh.
Dalam aksi itu, tuntutan massa aksi yakni meminta kepada pemerintah daerah (Pemda) kabupaten Kepulauan Sula, untuk dilakukan percepatan pembangunan ruas jalan di kecmatan Sulabesi Barat. Mereka juga meminta bupati Hendrata Thes untuk segera menggusur gunung Lida Mantua agar bisa dilintasi.
Tidak hanya itu, HIPMA-Sulbar mendesak Pemda Sula agar berkoordinasi dengan pemerintah provinsi (Pemprov) Maluku Utara untuk mempercepat pembangunan ruas jalan Provinsi di Kecamatan Sula Barat.
“Kami meminta Pemerinth Derah menanggulangi biaya ksehatan masyrakat jika masih terjadi kecelakaan di ruas jalan Sula Barat, Kami juga meminta Bupati Hendrata Thes, segera merealisasikan Visi Misi-nya. Jika tuntutan kami tidk di indhkan, maka kami akan daramg dengan masa aksi yang berjumlah lebih banyak,”teriak orator membacakan tuntutan HIPMA-Sulbar.
Amatan reporter, aspirasimalut.com, kericuhan terjadi bermula ketika massa aksi meminta bupati Hendrata Thes untuk hearing terbuka. Kemudian ada negosiasi baik untuk hearing tertutup bersama bupati, setelah beberapa menit, massa aksi menunggu untuk hearing di ruanganya, massa aksi kembali keluar dari ruangan lantai dua kantor bupati dengan berteriak dan turun, lantaran tidak ada respon.
Setelah keluar, massa aksi kembali ribut karena tidak diterima menunggu, dengan kondisi mulai memanas, massa aksi dihadapkan dengan sejumlah anggota satuan polisi pamong praja (Sat-Pol PP) dan sejumlah ASN yang terlihat naik pitam ketika ada teriakan massa aksi dengan nada keras.
Sehingga itu, saling adu jotos antara massa aksi dan Sat Pol-PP dan beberapa ASN kantor bupati terjadi sekira 15 menit hingga kelau di depan gerbang kantor bupati dan hearing penuntasan ruas jalan Wai Ina-Nahi pun gagal dilakukan.