SOFIFI, AM.com-Pembangunan infrastruktur jalan, merupakan kebutuhan mendasar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat juga disebabkan, lantaran jalan akses penghubung antar daerah terputus.
Kiranya, hal ini penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat dataran Kecamatan Oba Selatan, Kota Tidore Kepulauan. Maluku Utara. Karena, hampir diseluruh daratan Oba Selatan akses jalan terputus, becek dan rawan kecelakaan.
Padahal, pekerjaan jalan tersebut sudah mulai dianggarkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara pada tahun 2014 lalu. Namun, hingga memsuki akhir tahun 2017 ini, dana yang digelonyorkan sejak tahun 2014 hampir mencapai ratusan miliar rupiah hanya menghasilkan jalan ‘BECEK’ dan sulit untuk diakses antar daerah disebabkan kondisi jalan oenuh dengan becek dan air.
Tak tanggung-tanggung progres pekerjaan jalan di daratan Oba Selatan mendapat sorotan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat. Tetap saja, proses pekerjaan tetap tak kunjung selesai, dan bahkan menguras APBD tahun 2017 sebesar Rp 6,7 miliar masih tetap hasil pekerjaan jalan penuh becek.
Berdasarkan penelusuran media ini, anggaran pembangunan jalan daratan Oba Selatan, sejak tahun 2014 telah menggelontorkan dana sebesar Rp 14 miliar untuk pembangunan jalan dan jembatan penghubung di desa Payahe hingga Desa Dahepodo.
Pembangunan jalan tersebut, diakui Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Malut, Muhammad Abdul Kahar, beberapa waktu lalu.
Disebutkan, sejak Gubernur Provinsi Maluku Utara, KH. Abdul Ghani Kasuba (AGK) mengucap ikrar janji dan sumpah untuk membangun jalan di daratan Halmahera, khususnya dari Payahe-Dahepodo untuk kegiatan perbaikan geometri sepanjang 2,9 kilometer dengan nilai Rp 2,9 miliar.
Selain itu kata Abdul, bahwa kegiatan pembangunan jalan sirtu sepanjang 5,2 kilometer dengan nilai Rp 7,6 miliar dan kegiatan hotmix 9,7 kilometer dengan anggaran sebesar Rp 2,1 miliar dan juga pembangunan jembatan Tagalaya II dengan anggaran Rp 1,4 miliar, menggunakan APBD tahun 2014 dan APBD Perubahan 2014.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan pada tahun 2015 lalu. Pemprov kembali menggelontorkan anggaran pembangunan jalan daratan Oba Selatan dengan bandrol yang cukup fantastis yakni sebesar Rp 46,3 miliar. Total dana sebesar ini, digunakan untuk kegiatan pelebaran jalan Payahe-Dahepodo memasuki perbatasan dengan galian Nuku Mangga dengan anggaran Rp 1,5 miliar. Peningkatan jalan Payahe-Dahepodo dari DAK dengan anggaran Rp 24,5 miliar, untuk pembangunan jalan di Payahe, Nuku dan Batulak Rp 9,8 miliar.
“Dari total anggaran itu, untuk pembangunan jalan hotmix sudah sepanjang 14 kilometer. Selain jembatan, anggaran itu juga untuk pembangunan jembatan Ake Tagalaya III sepanjang 15 meter anggaran Rp 4,5 miliar dan jembatan Ake Nuku dengan panjang 25 meter anggaran 6 miliar,”terangnya.
Sementara, pada ABPD tahun anggaran 2016 Pemprov Maluku Utara kawalahan untuk menggarkan pembangunan jalan daratan Oba Selatan yang tak kunjung selesai. Sehingga itu, pada APBD tahun anggaran 2017 Pemprov Maluku Utara mulai berpikir untuk menggarkan penyelesaian pekerjaan jalan daratan Oba Selatan sebesar Rp 6,7 miliar untuk kegiatan hotmix 1 kilometer dan sertu 4 kilometer.
Namun, sayangnya. Hingga masuk pembahasan APBD tahun anggaran 2018, pembangunan jalan di daratan Oba Selatan tidak layak digunakan lantaran tidak selesai dikerjakan dan sepanjang jalan penuh pecek.
Bahkan, sesekalu mobil yang melintas haris diderek dengan temaga manusia karena tertancam dalam pecek yang dibangun Pemprov Malut yang tekah menguras APBD sejak tahun 2014 lalu.
(BLM)